Senin, 09 November 2009

# Perestasi Gemilang di Kejuaraan Anggar
Seni bela diri anggar merupakan permainan beladiri yang menggunakan pedang. Karena sebelum adanya bentuk anggar seperti sekarang, pedang digunakan pada masa Persi, Yunani, Romawi dan Babilonia. Bermula dari pedang yang berat dan pakaian perang, berubah menjadi senjata yang ringan dan langsing sehingga mudah cara menggunakannya. Permainan anggar juga menggunakan pelindung muka dan pelindung pada ujung pedang agar tidak mencelakakan orang. Jenis olah raga yang di Indonesia berdiri tahun 1951 tersebut diminati olahragawan di tanah air tak terkecuali siswa di tingkat sekolah. SMP al Falah Deltasari memiliki siswa yang berbakat dibidang olah raga anggar. Itu terbukti ketika mengikuti lomba kejuaraan anggar tingkat daerah yang diadakan oleh KONI Jatim tanggal 18 Oktober 2008. Lomba tersebut bertujuan untuk menambah dan meningkatkan jumlah dan kualitas pertandingan olahraga anggar, serta menjadikan Jatim sebagai konstributor dan kiblat atlet anggar nasional. Saat ini Jatim perlu melakukan regenerasi dan bekerja keras mempersiapkan atlet yang akan bertanding di kejuaraan di tingkat lebih tinggi. Beberapa siswa SMP al Falah Deltasari yang dikirim untuk mengikuti lomba tersebut nyaris semuanya menjadi pemenang. Sebenarnya banyak diantara peserta lain yang memiliki kemamuan yang tidak bisa dipandang remeh. Namun jago-jago anggar dari SMP al Falah mampu memadukan gerakan yang dinamis dan menghasilkan serangan jitu sehingga mampu mengalahkan lawan-lawannya. Diantara siswa yang menjadi pemenang adalah Khansa yang berhasil meraih juara pertama untuk kategori Floret pra kadet putri. Sebelumnya siswa kelas 9-2 tersebut pernah meraih juara 3 tingkat kota. “Nggak nyangka, tapi yang pasti senang,” ungkapnya ketika ditanya bagaimana rasanya menjadi pemenang pertama. Kemudian Iris Dian kelas 9-2 yang menyabet juara 2 kategori Sabel kadet. Untuk masing masing juara 3 diraih oleh Lisari Ramadhanti kelas 9-2 kategori floret prakadet putri, M Luthfi Aufar kelas 8-5 kategori sabel kadet putra dan Hamzah Muslim kelas 8-3 kategori Deden kadet putra. Kemenangan menggembirakan tersebut memang tidak bisa dilepaskan dari kerjasama pihak yang terkait secara konsisten dan intens melakukan upaya latihan serta serta evaluasi terus menerus untuk selalu menyempurnakan kekurangan guna mengungguli lawan-lawannya. Ke depannya masih banyak even-even penting yang membentang yang masih harus selalu dirajut untuk berpacu dengan prestasi yang lebih baik. Sekedar pengetahuan, seorang Perancis bernama Hendri St. Didier menciptakan istilah pada gerakan-gerakan anggar yang hingga kini sebagian besar masih digunakan. Dan meskipun bangsa-bangsa lain menggunakan bahasanya masing-masing, namun dalam percaturan internasional banyak digunakan istilah Hendri St. Didier. Bentuk pedang yang diciptakan oleh Koeningsmarken dari Polandia memberi inspirasi terciptanya jenis senjata Floret, Sabel dan Degen (Abdillah)

Jumat, 06 November 2009

ANGGAR


Sejarah Masuknya Anggar ke Indonesia

Pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia, para tentara Kerajaan Belanda membawa serta olahraga anggar masuk ke Indonesia. Pada saat itu terdapat dus macam tujuan permainan anggar, yaitu untuk berkelahi dan olahraga.

Kemampuan bermain anggar untuk berkelahi diwajibkan bagi setiap tentara Hindia Belanda (KNIL) dengan menggunakan kelewang (pedang) atau sangkur. Sedangkan, permainan anggar untuk olahraga dipersilakan bagi para bintara, perwira, serta mahasiswa.

Tokoh-tokoh militer bangsa Indonesia yang mempunya keahlian bermain anggar pada waktu itu antara lain adalah Drh.Singgih, Soeparman, Maryono, Setu, Warsimin, Paimin Salekan, Atmo Soewirjo, J. Sengkey, Suratman, Mantiri, C.H. Kuron, Mangangantung, dan Soekarno.

Untuk dapat meningkatkan kemampuan bermain anggar maupun olahraga lainnya, KNIL mendirikan sekolah olahraga militer. Sekolah olahraga militer tersebut didirikan guna untuk mendidik para guru anggar, guru renang, dan guru olahraga lainnya. Lembaga pendidikan militer tersebut didirikan di Bandung dan Magelang.

Pada masa penjajahan Jepang, tidak ada informasi yang masuk tentang perkembangan olahraga anggar di Indonesia. Dalam masa perang kemerdekaan, banyak guru anggar yang berasal dari mantan instruktur militer Belanda yang menjadi instruktur di Akademi Militer Yogyakarta. Mereka mengajarkan cara bermain anggar, baik untuk olahraga maupun berkelahi dengan menggunakan sangkur.

Dalam Pekan Olahraga Nasional pertama yang diselenggarakan pada tahun 1948 di Solo, olahraga anggar mulai diperkenalkan serta dieksibisikan oleh para guru anggar mantan instruktur militer Belanda tersebut.

Setelah penyerahan kedaulatan Negara Republik Indonesia, para guru anggar yang tersebar di tanah air mulai mengembangkan olahraga anggar dengan cara mendirikan perkumpulan-perkumpulan anggar di beberapa daerah. Seperti di Sumatera Utara, Jakarta, Bandung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan di Sulawesi Selatan.

Perkumpulan anggar di ibukota kita, Jakarta, didirikan oleh Kasimin Atmosoewirjo, Soekarno, dan Drh. Singgih. Di awal tahun 1950, Kasimin Atmosoewirjo mulai mengembangkan olahraga anggar di Jakarta bersama dengan puteranya yang bernama Suratmin.

Perjuangan para guru anggar yang telah merintis olahraga anggar di tanah air selanjutnya dikembangkan oleh para penerus. Baik oleh murid, anak, maupun cucu, sehingga pada saat ini olahraga anggar dapat terus berkembang di berbagai provinsi di Indonesia.

Setelah penyerahan kedaulatan Indonesia oleh pihak Belanda, permainan anggar mulai diajarkan di sekolah olahraga maupun perguruan tinggi olahraga. Di lingkungan akademi militer dan polisi juga sempat diajarkan cara bermain anggar, namun pada akhirnya kurang berkembang.

Dalam perkembangan selanjutnya, olahraga anggar mulai dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional kedua yang diselenggarakan pada tahun 1951 di Jakarta. Setelah itu olahraga anggar selalu dipertandingkan dalam setiap Pekan Olahraga Nasional hingga sekarang.


Banner



Senjata yang digunakan :